Hian Thian Siang Tee Merupakan sebuah nama yang diberikan untuk klenteng yang berada didesa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Dari pusat kota Jepara, jaraknya 24 km dan Klenteng ini sudah menjadi salah satu aset wisata sejarah di kabupaten Jepara. Klenteng menjadi pusat keramaian yang dihadiri oleh ratusan atau bahkan ribuan pengunjung dari daerah sekitar maupun luar daerah. Klenteng welahan merupakan simbol dari akulturasi budaya masyarakat keturunan tionghoa dengan masyarakat lokal. Keunikan dari klenteng adalah disamping menjadi tempat ritual golongan Kong hu chu, juga menjadi tempat tujuan orang yang beragama lain untuk mendapatkan berkah misalnya: di mudahkan risqi nya, mencari codoh, dll. Klenteng hian thian siang tee terdiri dari dua lokasi yaitu sebelah utara adalah tempat bersemayam dewa langit (Hian Thian Siang Tee) dan sebelah selatan bersemayam dewa bumi. Orang yang berkunjung di klenteng ini bukan saja masyarakat sekitar Jepara melainkan dari jawa maupun luar jawa. Bahkan pada tahun 1940-an orang Belanda seperti Regent Van Jepara dan asisten Resident Van Kudus juga pernah berkunjung ke klenteng welahan ini. Ada juga yang mengatakan bahwa klenteng ini merupakan klenteng tertua di Indonesia .
Sejarah Klenteng Hian Thian Siang Tee.
Klenteng Hian Thian Siang Tee pada awalnya dibangun sebagai tempat penyimpanan pusaka tiongkok. Namun, dalam perkembangannya Klenteng ini bertambah fungsi menjadi tempat untuk memuja roh, abu para leluhur dan memuja para dewa. Dalam bukunya "Zhuang Yan De Shi-Jie" atau dunia yang Khidmat, Prof. Ruan Changrui mengatakan: pemujaan roh adalah gejala peradaban yang paling umum dalam masyarakat manusia (dewa-dewi tridharma, :9-10).
Sekitar 300 tahun yang lalu, Klenteng Hian Thian Siang Tee dibangun oleh seorang ahli pengobatan dari daratan tiongkok yaitu Tan Siang Boe bersama dengan kakakny Tan Siang Djie. Sebelum Tan Siang Boe datang dan tiba di Welahan, saudara tuanya sudah mondok di rumah Liem Tjoe Tien. Dalam perjalanannya menuju indonesia Tan Siang Boe diberi tanda mata oleh seorang tasugagu yang ditolongnya.
beberapa waktu lamanya, Tan Siang Boe menetap dengan kakaknya di Welahan. Pada suatu hari beliau pergi bekerja ditempat lain daerah, mengingat keselamatan akan barang yang berisi pusaka kuno tersebut, maka Tan Siang Boe menitipkan barang tersebut kepada kakaknya. Oleh Tan Siang Djie barang tersebut dititipkan kepada Liem Tjoe Tien (sang pemilik rumah) yang selalu di simpan diatas loteng rumah yang didiaminya tanpa ada yang mengetahui barang pusaka apa yang ada didalamnya.
Selama dalam penyimpanan setiap tanggal tiga yaitu hari lahir "Sha Gwe" yakni hari Imlek Seng Tam Djiet dari Hian Thian Siang Tee, barang pusaka tersebut mengeluarkan daya gaib (cahaya api) seperti barang terbakar, sewaktu-waktu keluarlah ular naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan. Karena kejadian itu, maka tan siang boe dipanggil kembali ke Welahan untuk membuka dan melihat isi barang pusaka kuno tiongkok itu. Setelah mengetahui isi barang pusaka itu orang-orang seisi rumah percaya bahwa pusaka kuno itu merupakan wasiat peninggalan dari Paduka Hian Thiang Siang Tee, maka dipujalah pusaka kuno tiongkok itu menurut adat leluhur. Untuk merawat dan melestarikan pusaka kuno tiongkok tersebut, maka Tan Siang Boe bersama kakaknya mendirikan tempat sembahyang yang disebut Klenteng. Menurut keterangan bahwa satu-satunya pusaka tiongkok yang pertama kali di indonesia yang dibawa oleh Tan Siang Boe, pusaka tersebut adalah yang dibawa dan tersimpan di Welahan, sehingga ada yang mengatakan bahwa keberadaan Klenteng di Welahan adalah yang tertua di Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar